BANTAHAN ATAS: “SEKELUMIT TENTANG KEUTAMA’AN MUAWIYAH BIN ABI SUFYAN”

IBNU RAHAWAIH: TIDAK SAHIH SATUPUN DARI HADIS KEUTAMA’AN MUAWIYAH

Sumber: jakfari.wordpress.com

Bantahan atas artikel: “SEKELUMIT TENTANG KEUTAMA’AN MUAWIYAH BIN ABI SUFYAN”

Oleh Ibnu jakfari

Tentang Hadis Keutamaan Mu’awiyah ibn Abi Sufyân

Di antara ciri kaum Nawashib di masa silam maupun sekarang ialah apabila disebut keutamaan dan keistimewaan Ali as., mereka bercepat-cepat mengingkarinya, itu pasti mereka lakukan selagi mereka bisa, dan apabila pintu pengingkaran tertutup di hadapan mereka, maka penta’wilan dengan ta’wilan yang menyimpang, dan apabila jalan ini juga tertutup, maka mereka berusaha membuat-buat hadis palsu keutamaan musuh-musuh Imam Ali as. untuk dijadikan tandingan… dan dikemudian hari kaum Nawashib kontemporer bekerja keras menyebar luaskan hadis-hadis palsu itu.

Hadis-hadis palsu itu tersebar luas di kalangan para pemuja bani Umayyah di setiap generasi. Mereka mewairskannya generasi demi generasi, dan di atara hadis palsu itu adalah riwayat-riwayat keutamaan Mu’awiyah ibn Abi Sufyân.

Al Mubarakfûri -pensyarah kitab Sunan at Turmudzi- menegaskan, “Ketahuilah bahwasannya telah datang banyak riwayat hadis tentang keutamaan Mu’awiyah, akan tetapi tidak ada darinya yang sahih sanadnya”. Demikian ditegaskan Ishaq ibn Rahawaih dan an Nasda’i serta para ulama selain keduanya.

Dan Abu ‘Ashim telah mengarang sebuah buku tentang keutamaannya (Mu’awiyah), demikian juga dengan Abu Amr, Ghulam Tsa’lab dan Abu Bakar an Naqqâsh. Ibnu al jauzi telah menyebutkan dalam kitab al Maudh’ât-nya beberaa hadis yang mereka sebutkan, kemudian beliau menyebutkan dengan sanad bersambnung keada Ibnu Rahawaih bahwa ia berkata, ‘Tidak sahih satupun dari hadis keutamaan Mu’awiyah. Ibnu al Jauzi juga meriwayatkan dari jalur Abdullah putra Imam Ahmad, bahwa ia bertanya kepada ayahnya, ‘Apa pendapatmu tentang Ali dan Mu’awiyah? Maka beliau menundukkan kepalanya sejenak kemudian berkata: ‘Ketahuliah bahwa Ali banyak musuhnya, maka musuh-musuhnya mencari-cari kesalahannya namun mereka tidak menemukannya, lalu mereka mengangkat dan memuja-muja orang yang telah memeranginya sebagai bentuk makar dari mereka terhadap Ali.’” Al Mubarakfûri menerangkan maksud ucapam Imam Ahmad itu dengan hadis-hadis palsu tentang Mu’awiyah yang dibuat-buat oleh mereka (musuh-musuh Ali as.) yang sama sekali tidak punya asal muassal. Demikian diterangkan dalam Fathu al Bâri.

Maka dari keterangan para ulama itu jelaslah bagi kita bahwa hadis-hadis palsu itu adalah hasil kejahatan musuh-musuh Imam Ali as. dalam upaya mereka untuk meluapkan kedengkian mereka kepada Imam Ali as.

Dan yang tidak boleh kita lupakan ialah bahwa Mu’awiyah memiliki andil besar dalam pemalsuan tersebut. Itu semua tidaklah heran bagi kita, memang musuh-musuh Ali as. pasti akan berbuat dengan segala cara dan upaya untuk menjatuhkan Ali as. dan atau mengunggul-unggulkan musuh-musuh Imam Ali as., akan tetapi yang mengherankan adalah setelah terbukti bahwa hadis-hadis seprti itu adalah palsu di mata ulama besar Ahlusnnah masih ada orang yang mangaku Ahlusunnah menyebarluaskan hadis-hadis palsu itu atas nama Nabi mulia saw. dan berani dengan tanpa asalan mengatakan bahwa ia adalah hadis shahih.

Ini adalah sebuah musibah besar atas Islam dan kaum Muslimin. Innâ lilahi wa innâ ilaihi râji’ûn.

Dalam blog haulasyiah ditulis sebuah artikel denagn judul: SEKELUMIT TENTANG KEUTAMAAN MU’AWIYAH BIN ABI SUFYAN yang dipenuhi dengan sebuah riwayat palsu tersebut.

Ibnu Jakfari berkata:

Hai anda yang mengaku sebagai pembela Islam ketahuilah bahwa apa yang kamu lakukan itu adalah sebuah bentuk penipuan terhadap hakikat Islam yang cemerlang. Engkau menukil hadis palsu dari riwayat at- Turmudzi, tetapi melupakan keterangan para ulama Islam Ahlusunnah yang menvonis akan ketidak shahihan hadis tesebut. Adakah pengkhianatan yang melebihi itu?

Perhatikan komentar al Mubarakfûri tentang hadis yang kamu sebutkan di atas.

Parawi hadis itu yang mengaku mendengar langsung dari mulut suci Rasulullah saw. adalah bernama Abdurrahman ibn Abi ‘Umair. Al Azdi berkata tentangnya, ‘Ia diperselisihkan persahabatannya (dengan Nabi saw.), ia tinggal di kota Hims, demikian disebutkan dalam at Taqrîb.

Dalam kitab Tahdzîb at Tahdzîb disebutkan, ‘Ia hanya memilki satu hadis saja dalam Sunan at Turmudzi tentang sebutan Mu’awiyah.’ Al Hafidz berkata, ‘Ibnu Abdil Barr berkata, ‘Tidak benar ia pernah bersahabat dengan Nabi saw., dan tidak benar pengisnadan hadisnya.’”

Kendati at Turmudzi mengatakan bahwa hadis ini hasan gharib, akan tetapi al hafidz Ibnu Hajar memastikan bahwa hadis ini sanadnya tidak shahih, Isnâduhu laisa bishahîh, seperti telah anda ketahui ketika menyebut biografi Abdurraman ibn Abi ‘Umair.

Hadis kedua yang juga disebutkan at Turmudzi pada sanadnya terdapat periwayat bernama Amr ibn Wâqid ad Dimasyqi, ia matrûkul hadîts (hadisnya dibuang). Penyebutan status seperti di atas hanya benar disematkan untuk seorang periwayat yang banyak meriwayatkan hadis-hadis ngawur yang tidak benar di kalangan para ahli hadis.

Setelah keterangan singkat di atas, maka tidaklah heran apabila kaum Nawashib Modern tetap saja bersemangat menyebar luaskan hadis-hadis palsu keutamaan Tuan dan Junjungan Besar mereka Mu’awiyah, sebab kalau harus menanti hadis shahih, maka kapan kesempatan itu akan mereka peroleh.

Saya akan mengakhairi artikel ini dengan menyebut ulang hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya yang ia sifati dengan al atsar al masyhûr, berita yang masyhur/tersohor:

مَنْ حدَّثَ عَنِّيْ بِحديثٍ يرَى أنهُ كذِبٌ فَهو أحد الكاذِبَيْنِ.

“Barang siapa menyampaikan hadis dariku sementara ia mengetahui bahwa ia adalah palsu maka ia seorang dari dua pembohong”. [1]

Catatan:

Adapaun penshahihan Albani yang dibanggakan penulis itu dalam blog halusyiah adalah tidak berarti sebab selain tidak berdasar, ia bertentangan dengan vonis tidak shahih oleh para pakar hadis kenamaan Ahlusunnah yang tidak diragukan lagi kualitas dan bobotnya serta jauhnya mereka dari tendensi kemazhaban, berbeda halnya dengan Albani yang sering menampakkan ketidak sehatan sikapnya dalam menilai hadis-hadis keutamaan Ahlulbait as. atau musuh-musuh Ahlulbait.

__________________________________________________________________________________________________

******************************************************************************

UNTUK BERKOMENTAR DAN BERDIALOG DENGAN PENULIS SILAHKAN-KLIK DISINI-

*******************************************************************************